
Cloudflare melaporkan serangan DDoS terbesar yang pernah tercatat mencapai 11,5 Tbps pada awal September 2025, memblokir lalu lintas palsu dalam waktu 35 detik. Serangan ini merupakan bagian dari tren peningkatan serangan DDoS secara global, dengan jumlah serangan DDoS HTTP yang meningkat tajam pada tahun ini. Selain itu, terjadi juga insiden peretasan platform antara 12-17 Agustus 2025, yang menyebabkan akses ke informasi pelanggan seperti token pengguna.
Cloudflare baru-baru ini mengalami peningkatan signifikan dalam serangan DDoS, memblokir serangan terbesarnya yang tercatat pada Mei 2025 dengan puncak 7,3 Tbps dan 4,8 miliar paket per detik (Bpps),. Serangan-serangan ini terus memecahkan rekor, dengan jumlah serangan hipervolumetrik meningkat pesat dan menjadi perhatian, termasuk serangan dalam jumlah besar yang terdeteksi pada bulan-bulan awal tahun 2025.
Trafik Banyak Berasal dari Google Cloud
Menurut penjelasan Cloudflare, serangan tersebut berbentuk UDP flood, yakni serangan berbasis User Datagram Protocol (UDP) yang sebagian besar lalu lintasnya datang dari Google Cloud. Tidak hanya itu, perusahaan menyebut sumber serangan juga melibatkan kombinasi perangkat IoT dan layanan cloud lainnya.
Dalam beberapa minggu terakhir, Cloudflare mengaku sistem pertahanannya bekerja ekstra keras menghadapi ratusan serangan serupa, dengan beberapa mencapai puncak 5,1 Bpps. Skala ini cukup untuk melumpuhkan mayoritas situs web, meski Cloudflare tidak menyebutkan apakah target serangan tetap bisa bertahan online.
Bagi yang belum familiar, serangan UDP flood biasanya dilakukan dengan mengirimkan trafik UDP berjumlah besar menggunakan alamat IP palsu. Server target dipaksa mengecek setiap port tujuan dan mengeluarkan respons, hingga akhirnya sumber dayanya terkuras habis.
cc jagatreview
Tinggalkan Balasan